Bangkitnya Kampung Uba di Tangan Tentara - arsip kodim 0311 pessel

Sabtu, 01 Oktober 2016

Bangkitnya Kampung Uba di Tangan Tentara

Kampung Tanjung Kandis, Kenagarian Taluak Tigo Sakato, Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, yang selama ini terkesan sepi mendadak menjadi ramai. Puluhan orang orang datang secara bergantian seakan ingin menguasai kampung yang kecil itu.


Hanya dalam hitungan hari, ratusan lelaki tegap dengan pakaian loreng juga mendatangi desa yang jarang dilalui kendaraan roda empat ini.



“Pak bangun, ayo bangun Pak. Coba lihat di luar banyak tentara yang datang ke kampung kita. Ada apa ya pak? Apa mereka mau berperang, saya takut pak ” ungkap seorang anak bernama Dirly (6) kepada bapaknya yang sedang beristirahat untuk melepaskan penatnya badan dari rutinitas kerja.“Iya nak, mereka itu memang benar tentara, tapi mereka ke sini bukan untuk berperang, tetapi mau membantu membangun desa kita yang jauh tertinggal dari daerah lain” jawab Asrizal kepada anaknya yang penuh tanya.


Begitu awal cerita, pada  waktu pertama kali para prajurit TNI datang memasuki Kampung Tanjung Kandis, dalam melaksanakan program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke 97 di daerah tersebut.


Rasa syukur dan kegembiraan masyarakat kampung tanjung kandis membuat mata mereka menjadi berbinar – binar.

Sebab, kampungnya yang selama ini jarang  dari sentuhan bantuan  pemerintah , kini mendapat angin segar dengan kedatangan para tentara yang gagah berani, cerdas , intelektual, berwawasan nusantara serta punya kedisiplinan tinggi dalam pengabdian sebagai pembela dan penjaga kedaulatan NKRI.

Masayarakat, di sana, sebelumnya tidak mengetahui apa itu TMMD, seingatnya, sewaktu zaman Pak Soeharto, yang lazim disebut yaitu Abri Masuk Desa (AMD). Namun setelah dijelaskan dan diinformasikan bahwa AMD yang dikenal dulu berubah nama menjadi TMMD. “Oh begitu, dulu saya tahunya  ABRI masuk desa” ucap warga yang menerima informasi.


Program TMMD ke -97 yang berpusat di Kecamatan Batang Kapas ini, akan berlangsung selama satu bulan. Mulai dari 20 September berakhir hingga 19 Oktober 2016. Berbagai pembangunan dilakukan secara bersama-sama di sana. Baik fisik dan non fisik.


Dandim 0311 Pessel Letkol Inf, Setiya Asmara, SIP mengatakan bahwa program TMMD yang dilaksanakan di Kampung Tanjung Kandis tersebut merupakan sebuah upaya dalam mendukung percepatan pembangunan daerah menjadi lebih maju, serta ekonomi rakyat yang maju dan sejahtera.


Sasarannya, memang ditargetkan pada wilayah- wilayah yang berada pada kondisi yang sangat perlu dibantu dan diperjuangkan. “Daerah yang tertinggal, terisolir dan hidup pada taraf ekonomi rendah” ucap Dandim menjelaskan target operasi TMMD Ke 97 itu.

Dijelaskanya, target operasi TMMD berupa pembangunan fisik, diantaranya pembangunan empat unit rumah tidak layak huni, satu unit musholla serta yang menjadi kegembiraan bagi petani gambir disana adalah telah  adanya pembukaan akses jalan tani  sepanjang dua belas  kilometer yang menghubungkan dua kecamatan (batang kapas dan sutera), dan tiga kenagarian, Tanjung Kandis, Taratak Sutera, dan Ampalu.


Sedangkan kegiatan non fisik, seperti penyuluhan bela Negara oleh Kodim 0311 Pessel, penyuluhan pelestarian hutan dan cara berkebun oleh dishut, penyuluhan Kamtibmas oleh Polres Pessel, Penyuluhan bertani/ beternak oleh dinas peternakan, penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana oleh BKKBN,Penyuluhan hukum dan narkoba oleh polres pessel serta penyuluhan kebakaran lahan  dan hutan (karlahut) oleh dinas kehutanan dan badan penanggulangan bencana daerah (BPBD)


Menyoal fisik, disebutkan Dandim, apabila jalan sepanjang 12 kilometer itu selesai terbuka, memang banyak menfaat yang bakal didapatkan oleh masayarakat. “Menfaatnya, para warga yang umumnya bertani gambir akan mendapatkan kemudahan menuju lokasi ladang atau kebunnya.  Setelah itu, jarak tempuh sebelum dan sesudah dibukanya jalan itu sudah jelas menguntungkan warga.


“Bila akses jalan tani lancar, maka rutinitas untuk meningkatkan perekonomian merekapun bisa berkembang  lebih baik. Sejahteralah para petani, itulah keinginan kami. Yakni rakyat maju dan sejahtera,” tuturnya.


Seorang peladang (petani gambir), Indra (46) mengungkapkan, bahwa kampungnya itu kaya akan hasil kebun seperti gambir. Namun dengan segala keterbatasan, kekayaan alamnya tidak tergarap secara optimal. Menurutnya, selama ini banyak warga yang tidak mau memanen gambir miliknya akibat faktor akses jalan yang sulit (ber- medan hutan), harga gambir yang tidak stabil serta tenaga yang digunakan untuk menuai hasil betul betul memerlukan perjuangan ekstra. Padahal gambir merupakan produk unggulan di Sumatera Barat.


Ia mengaku memiliki ladang sekitar 2 hektar di bukit Tanjung Kandis. Dia mengaku, punya satu istri dan tiga anak. Anak pertamanya masih menempuh jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi Padang. Sedangkan dua anaknya lain masih duduk dibangku SMU dan SLTP.


“Dengan gambir itulah, saya bisa menghidupi istri dan anak-anak saya pak. Saya juga bisa memberikan pendidikan lebih tinggi pada anak pertama saya,” katanya, Jumat, 30/9/2016.


Berpuluh tahun menjadi petani gambir, Indra telah merasakan banyak suka-duka.   Kata dia, pekerjaan selaku petani gambir tidak semudah menerima uang ketika panen. Semuanya membutuhkan tenaga dan semangat perjuangan.

Diakuinya, memang jika harga gambir menurun ia membiarkan saja dan tidak mau memetik hasil. “Sebab, jika dituai dengan harga yang rendah, hasil yang didapat hanyalah letih dibadan,” terang dia.

Ketika memasuki proses memetik hasil, ia membutuhkan tiga pekerja agar bisa cepat selesai. “Sebagai pemilik lahan gambir, saya hanya dapat seperempat bagian dari hasil panen. Sedangkan tiga perempatnya lagi untuk tiga pekerja yang saya bawa ketika panen,” ujarnya.


Dia mencontohkan, hasil penjualan gambir Rp4 juta, maka cuma dapat Rp1 juta. Sedangkan dari uang Rp1 juta itu akan digunakan lagi untuk perawatan gambir.” Justru itu, jika harga gambir murah kami diam dirumah saja. Banyak kendala yang kami hadapi” tutur dia.

Namun ,setelah pasukan TMMD datang membangun kampungnya.  Ia menampung tangan ke atas sebagai wujud dan rasa syukur pada yang maha kuasa. Terangnya, berkat, program TMMD ke kampung itu, maka satu per satu kendala- kendala yang terucap akan terjawab pada tangan para tentara berbaju loreng tersebut.

Jalan semula ditempuh melewati hutan rimba berliku , kini warga sudah mulai bisa membawa kendaraan. Alhasil, tenaga produksi berkurang dengan bantuan kendaraan yang sudah bisa dilewati akibat pembukaan akses jalan tani yang dibuka oleh pasukan TMMD.


Dampaknya, petani gambir tidak lagi malas memanen gambir bila terjadi penurunan harga sewaktu- waktu. Bahkan menurut pengakuanya, semenjak akses jalan tani terbuka, sudah banyak warga yang mulai kembali membuka lahan gambir yang selama ini dibiarkan saja. Sebab, disamping telah mendapatkan kemudahan akses jalan, harga  gambir pada saat sekarang juga lumayan menjanjikan. “Sekarang harganya sudah Rp 45 ribu per kilogram. Sebelumnya cuma Rp18 ribu- Rp20 ribu”ucap Indra.


Tidak hanya itu, lahan sawah yang dulu pernah menghasilkan produksi padi dengan 1500 karung di kampung ubah pada tahun 1983 dulu bakal dibuka dan digarap kembali. Pasalnya, jalan menuju lokasi sudah terbuka berkat perjuangan prajurit TNI dalam program tentara manunggal membangun desa yang ke 97 di kampungnya tersebut.

Ia menuturkan di puncak bukit, tempat tentara sedang membuka jalan tani itu, dulu ada sebuah kampung yang ditinggali oleh warga sebanyak 20 kepala keluarga. “Namanya adalah kampung Uba. Namun dengan segala kendala  dan keterbatasan waktu itu, akhirnya warga di sana turun ke bawah satu per satu dan meninggalkan kampung uba tersebut. Maka tak berlebih pula rasanya saya berkata,bahwa pak tentara ini menjemput kampung ubah yang hilang”jelas dia.


Menyangkut hasil produksi gambir, Kepala badan pemberdayaan masyarakat  Pesisir Selatan, Mawardi Roska mengatakan bahwa sebelumnya memang benar petani gambir tidak mau memetik hasil gambir di ladang jika harganya itu murah.

“Kalau harga gambir cuma Rp25 ribu per kilogram, mereka tidak mau panen. Namun bila harga sudah mencapai 40 ribu per kilogram, barulah ia memasuki hutan belantara yang kaya dengan hasil alamnya” katanya sewaktu Danrem 032/Wirabraja, Brigjen, Agus Bhakti Fadjri meninjau langsung kawasan TMMD yang membuka jalan sepanjang 12 kilometer.


Ia memprediksi lahan gambir seluas 400 hektare di sana akan mampu mendobrak perekonomian masayarakat lebih maju sehingga berdampak  terhadap kesejahteraan masyarakat.


Pasalnya, TMMD tengah berupaya membangun desa tersebut lepas dari ketertinggalan. Dengan cara memberikan solusi dari permasalahan dan keluhan yang dirasakan masyarakat. Tinggal lagi, masyarakatnya berkerja keras dan berusaha meningkatkan kesejahteraan melalui potensi gambir yang menjadi produk  unggulan.


“Bersama petani TNI kuat, melalui program TMMD petani sejahtera dan sehat”sebuah ungkapan yang sering dilontarkan oleh Dandim 0311 Pessel sebagai tuan rumah pada Program TMMD ke 97 di Kampung Tanjung Kandis, Kenagarian Taluak Tigo Sakato, Kecamatan Batang Kapas, Pesisir Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar